Cerpen - Malioboro Waktu Itu

Malioboro Waktu Itu
  Cerita ini bermula di kota Jogjakarta, tepatnya Malioboro. Jalan Malioboro pada malam itu sangat sepi, sepi yang damai dan tenang. Suasana itu seperti Janedra yang sedang sedih kala itu, tanpa ditemani siapapun. Kisah ini tentang Janedra yang rapuh dan ditemani Dion dan Elvandra, mereka masing-masing memiliki masalah yang mereka tutupi dan simpan sendiri.
 Janedra adalah anak dari direktur perusahaan alat musik JA Production. Ayah dan Ibunya sudah lama bercerai saat Janedra masih kelas 4SD. Orang tua Janedra memperebutkan Janedra selama 2 tahun, sampai-sampai mereka saling melakukan kekerasan kepada Janedra. Janedra kecil yang belum mengerti mengapa orang tuanya selalu bertengkar, sering sekali Janedra dipukuli, dicaci, dikurung, bahkan tidak diberikan makanan. Akhirnya, Janedra pun memilih untuk ikut dengan ayahnya ke Jogjakarta, ibunya dibiarkan di rumah sakit jiwa di Jakarta karena didiagnosa memiliki gangguan kejiwaan.
 Hari pertama Janedra sekolah, ia masuk kelas unggulan di SMAN Malioboro 1, 10-1MIA. Janedra takut untuk berteman karena insiden ibunya, Janedra takut temannya akan merasa jijik dengannya, Janedra juga takut akan dikucilkan. Tetapi, suatu hari ada seorang anak laki-laki tinggi, tampan, dan juga populer datang menghampiri Janedra. Laki-laki itu bernama Dion. Dion Maheswara lebih tepatnya. Ia datang dihidup Janedra yang pahit, runyam, gelap, dan sendirian. Tetapi semua itu mulai berubah setelah mereka naik kelas.
 Hari itu, hari pertama mereka masuk kembali ke sekolah dengan lingkungan berbeda. Dan saat itu datang seorang murid baru, murid baru itu menjadi populer karena kepintarannya, tetapi anak baru ini sungguh tidak menyukai keramaian. Anak baru itu bernama Elvandra Januarta. Terlahir dari keluarga terpelajar membuatnya dituntut untuk menjadi apa yang orang tuanya inginkan. Jika orang tuanya sudah membuat keputusan, Elvandra harus mengikutinya seperti boneka yang diperbudak.
  Suatu hari, Janedra yang sedang berjalan berdampingan dengan Dion melewati ruangan band. Disana mereka melihat bahwa Elvandra sungguh berbakat dalam memainkan gitar dan bernyanyi. Dengan perlahan mereka memasuki ruangan band dan menghampiri Elvandra, Ia mengira Janedra dan Dion adalah perundung yang akan menyiksanya karena menggunakan ruangan band tanpa seizin guru. Tetapi, Janedra dan Dion hanya ingin berteman dengannya. "Hey, jangan takut begitu. Kami hanya kagum dengan bakatmu dan ingin berteman" ucap Dion menenangkan Elvandra. "Iya, kamu keren, siapa namamu?" tanya Janedra dengan suara yang lembut dan indah. "Terimakasih.. kurasa, namaku Elvandra Januarta, salam kenal". Awal pertemuan mereka itu menjadi awal perjalanan Janedra, Dion, dan Elvandra dalam menghadapi permasalahan mereka bersama. Tentu, hidup mereka seperti permainan, mereka harus tau bagaimana caranya bertahan hidup jika mereka tidak ingin kalah.
  Setiap hari setelah pulang dari sekolah, mereka bertiga selalu meluangkan waktu untuk pergi ke tempat-tempat yang tenang. Seperti hari ini, mereka pergi ke pantai untuk melihat sunset. Pantai adalah salah satu tempat yang menurut mereka sangat cocok untuk saling cerita, rumah mereka bukanlah rumah yang sebenarnya bagi mereka, rumah yang penuh cacian dan makian, rumah yang penuh dengan kekerasan itu seperti penjara abadi bagi mereka bertiga.
 Kehidupan persahabatan mereka berjalan seiring waktu tentu timbullah benih-benih cinta diantara mereka. "Hey, Jane mau ke kantin bareng gak?" tanya Dion penuh semangat. "Maaf, Ion, Elvan ngajak aku ke lapangan basket untuk melihatnya tanding. Kamu mau ikut tidak??" jawab Janedra. "Ohh begituu, tidak deh kamu sendiri aja yang pergi aku laper banget!" "Hehe! maaf ya Ion". "Iya, duluan ya, Jane" jawab Dion dengan lemas.
 Semakin lama hubungan Janedra dan Dion semakin pudar, dari awalnya mereka selalu kemana-mana bersama, pulang selalu bersama, makan juga selalu bersama, sekarang mereka terasa jauh, asing, dan dingin. Janedra merasa terpuruk, Dion pun begitu. Mereka saling membutuhkan satu sama lain, hanya saja mereka sama-sama tidak ingin mengganggu satu sama lain.
  Disisi lain, Elvandra merasa ada yang aneh dari Janedra dan Dion. Ia tidak ingin menjadi perusak pertemanan mereka bertiga. Elvandra ingin mereka kembali bersama lagi, Elvandra selalu berusaha menemani mereka berdua walau selalu dijauhi oleh mereka. Tentu melelahkan menyatukan 2 teman kalian yang sedang bertengkar. Janedra mengira mereka akan selalu bersama melewati rintangan hidup mereka bersama, nyatanya tidak selalu, pasti ada perpecahan antar satu sama lain.
 Semakin lama mereka semakin menjauh dan asing. Banyak konflik yang terjadi diantara mereka bertiga, kesalahpahaman pun tak terlewatkan. Seiring berjalannya waktu mereka mulai muak dengan semua ini, akhirnya mereka pun memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Mereka merencanakan pertemuan itu di Braga, disebuat cafĂ© bernuansa cokelat pada sore hari.
 Disana mereka bercerita tentang kehidupan setelah perpecahan, dan mereka pun berbaikan. Selama ini Dion menyukai Janedra dalam diam, Elvandra juga. Janedra yang sedari awal menyukai Elvandra sangat terkejut ternyata perasaannya selama ini terbalaskan. Dion merasa sedih dan akhirnya memutuskan untuk pergi tanpa mengatakan apapun, Ia pergi menjelajahi Braga dengan penuh kesedihan. Saat sedang berjalan sendirian dengan hati yang sedih, Dion tidak menyadari bahwa ada mobil yang datang dari arah belakangnya, mobil itupun menabrak Dion dan saat itu juga Dion dilarikan ke rumah sakit. Dion dinyatakan tiada pada hari itu juga.

Postingan populer dari blog ini

Teks Observasi Micellar Water

Tas Sekolah

September Kala Itu - Karya Vina Edgina XI-A IPAS