September Kala Itu - Karya Vina Edgina XI-A IPAS

 September Kala Itu

Karya : Vina Edgina

  September tahun 2024, di tengah keramaian Kota Jakarta, seorang mahasiswi muda Universitas Tinggi Jakarta berjalan sendirian menuju MRT. Tak lama, kereta pun tiba. Aku pulang ke kontrakan. Malam itu, kesendirian menghampiriku, kubuka laptop dan kupandang dokumen-dokumen yang menumpuk itu. Notifikasi Whatsapp berbunyi, kubuka dan ternyata itu grup alumni SMA. Mereka bertanya bagaimana kabar satu sama lain. Tetapi, bak pajangan di rumah terbengkalai yang tak dianggap. Tak ada yang menanyakan kabarku, kecuali lelaki itu. 

  Lelaki yang menjadi pujaan hatiku selama 7 tahun lamanya, lelaki itu yang selalu memperdulikanku, lelaki itu  yang selalu mengerti semua tentangku.  Grup alumni  itu berencana melakukan reuni, aku berpikir untuk datang atau tidak, tetapi setelah aku pikirkaan, mengapa tidak? aku mungkin akan bertemunya disana. 

   Hari reuni pun tiba, acara reuni itu dimulai pukul 3 sore. Aku sudah mulai bersiap-siap dari pukul 1 siang, hah... penuh perjuangan tentunya. Aku mengendarai mobil kecilku menuju tempat yang sudah ditetapkan. Saat sampai disana, sudah ramai teman-teman seangkatanku disana. Aku tertegun, satu-satunya sahabatku di SMA tidak hadir, aku disini hanya seorang diri. Ku pandang sekitar, nah.. kutemukan seseorang yang kucari sedari tadi. Dengan langkah bimbang, aku berjalan menghampirinya, menatapnya penuh harapan agar ia mengenaliku. "Oh, Hey! Viona! sini gabung sama kita" ujar lelaki itu kepadaku. Aku terkejut tetapi tetap menghampirinya. "Hey, sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabar kalian?"


  Cerita-cerita panjang mengenang masa SMA itu berlanjut hingga malam, berjalan sendirian menuju parkiran, aku masuk ke dalam mobilku. Saat kunyalakan mesin mobilku, dari kejauhan ada bayangan 3 pria yang berjalan mendekati mobilku, cepat-cepat aku mengunci mobilku dan mulai menjalankan mobilku. Kulihat dari kaca spion, mereka masih mengikutiku. Kali ini mereka menaiki motor, Yatuhan.. aku masih mau hidup..., pikirku dengan panik. Mereka menyalip dengan cepat, segera kuinjak pedal rem mobilku. Tampang mereka seperti preman, dari motor mereka bertiga berteriak kepadaku untuk turun dari mobil dan memberikan uang kepada mereka. "Woi! dasar tukang buat onar, mau ngapain kalian?!" ketiga orang itu seketika kabur mendengar teriakannya. Ya, lelaki itu, menyelamatkanku. Aku menawarinya untuk pulang bersama sebagai ucapan terima kasih.


 Setelah reuni sore itu, dan kejadian malam iru, aku dan lelaki itu semakin dekat. Tiap bersamanya aku merasakan hal yang tak pernah aku rasakan selama ini. Tapi, suatu hari aku bertengkar dengannya, sebenarnya hanya karena masalah sepele, hanya karena dia membatalkan janji kita karena seseorang, aku menanggapinya terlalu serius. Tanpa aku tau, seseorang yang dimaksudnya adalah ibunya. Saat itu, ibunya kecelakaan, Ia dilarikan ke rumah sakit saat itu juga, tetapi nyawanya tak tertolong lagi. Aku tak berada bersamanya saat itu, aku menyesal. Aku mengetahui cerita ini dari teman dekatnya. "Apakah memang aku tak sedekat itu ya dengannya?" pikirku dengan hati dan perasaan campur aduk. Dari pertengkaran itu, kami menjadi seperti orang yang tidak bertemu sebelumnya. Hatiku hancur, tetapi disisi lain pertengkaran itu masih membekas dihatiku. Tapi.. dunia terasa berbeda ketika tak bersamanya. 


  Dengan pikiran dan perasaan campur aduk, aku memutuskaan untuk mengiriminya pesan dahulu, mencoba untuk  memperbaiki semuanya. Tak kusangka, ia membalas pesanku. Aku segera berinisiatif mengajaknya untuk bertemu. Esoknya, kami bertemu di Cafe Kopi Petik, cafe yang menjadi tempat kami reuni saat itu. Kami duduk dipojok cafe, memesan kopi dan memulai percakapan. "Bagaimana, apa yang mau kamu bilang?" tanya lelaki itu. "Sebenarnya Victor, aku merasa bersalah atas kejadian sebelumnya, aku udah tau yang sebenarnya terjadi. Aku minta maaf atas kesalahanku sebelumnya. Setelah aku renungi, hidupku terasa hampa tanpa kamu, dan.. aku ingin jujur, sebenarnya aku  sudah lama menyukaimu tetapi aku tidak berani mengatakannya..." ujarku sambil sedikit menangis. Lelaki itu berdiri, dan memelukku dengan urat, pelukan yang hangat.., "Aku juga menyukaimu, Viona.. bahkan sejak awal kita bertemu aku sudah menyukaimu. Jadi kita lupakan masalah kita dulu dan mulai buka lembaran baru bersama, ya?" ucapannya lembut. "Baik, terima kasih sudah mau kembali kepadaku" ucapku terisak-isak. Akhirnya, kami memulai semuanya dari awal, kami berpacaran dan menjalani hari-hari bahagia bersama. Aku bersyukur, Victor mau kembali kepadaku dan aku sangat menyayanginya.

Postingan populer dari blog ini

Teks Observasi Micellar Water

Tas Sekolah